Jumat, 04 Mei 2012

Crita.....

Teman-teman..... Siapa yang kalu ibunya ultah kalian ngado???....
Aq punya cerita lho..... Ini nyata... Tapi bukan karya ku sih.... Ini karya ayahq... HIhihihi... gak papa ya....
Nanti kalau udah baca tolong kasih saran ya???

UNTUK IBUUU.....
Dua bocah ini sibuk menghitung-hitung uang ribuan di kamar. Sebenarnya saya tak sengaja memergokinya. Saya pun agak kaget, ya biasanya mereka memasukan uang dalam tabungan sekolah.....atau paling tidak celengen. Tapi yang ini tidak, dia masukkan dalam dompet yang lusuh. Emmm ...uang Kalian kok banyak ..dapat dari mana ya? Tanya ku sekedar ingin tahu. Saya jauhkan pikiran-pikiran bahwaa mereka telah mengambili uang dari mobil atau uang belanja ibunya yang biasanya ditaruh diatas kulkas, sebab saya tahu betul karakter anak-anak saya, bahwa merekaa tidak mungkin melakukan itu tanpa seijin saya atau ibunya. Nilai kejujuran jauh lebih utama dari segalanya, bahkan termasuk angka-angka raport. Apalah artinya nilai tinggi jika itu diperoleh dari hal yang tidak jujur.  Itulah sebabnya saya juga tidak mendoktrim mereka dengan glamor angka matematika, IPA atau apa saja. Kalau pun ada remedi, saya pun menanggapinya dengan santai ...ya remidi saja. Saya ingin mereka berproses dengan dirinya, bukan karena ayahnya atau ibunya tetapi rasa tanggungjawab itu timbul dalam kesadaran dirinya. Saya ingin mereka merasakan bahwa remidi itu memalukan, remidi itu tidak enak dan akhirnya timbul rasa ingin belajar lebih giat lagi. Proses internalisasi nilai ini jauh  lebih efektif daripada hanya sekedar membentak, menghardik anak yang ujung-ujungnya anak menjadi semakin tertekan.
Saya sebenarnya tidak ingin menulis ini dalam bentuk apapun cerita ini, tapi saya pikir saya harus menulisnya agar kelak mereka bisa membuka account fb saya dan membacanya ...(jika suatu saat mereka dewasa).  
Masih dalam situasi di kamar, secara tiba-tiba si Kakak menyodorkan uang itu kepada saya, ayahnya. “Ayah, uang ini hasil tabungan Kakak sama Adik jumlahnya 43 ribu, Kakak 22 ribu, dan Adik 21 ribu ....karena hari ini Adik nggak setor Yah”. Iya, nih uangku seribu tambahkan Kak, setioran hari ini ya,” sergah Adiknya dengan lugunya. Sampai disini saya belum tahu arah percakapan mereka.  
“Sebentar, uang ini dari mana dan mengapa nggak kalian masukan celengan atau tabungan sekolah”.  
“Nggak Ayah, ini hasil tabunganku sama Adik, tolong titip belikan kado buat ibu”.
“Buat ibu???”  
“Iya ya, bukankah besuk Senin, ulang tahunnya ibu?
“Ya Allah, Ayah sampai nggak ingat ...
“Bener lho yah Kakak sama adik nitip ....tolong belikan ....”
“Emm...ngomong2 darimana uang ini?”
“Kakak dan Adik tiap hari nabung yah, sehari seribu ....”
“Kalian nggak jajan?”
“Ya ditahan ya, khan masih ada seribu..”
Terus terang saya agak tertegun mendengar celotehan mereka, hampir nggak percaya .... Saya pikir selama ini mereka adalah bocah-bocah lugu yang nggak pernah berpikir bagaimana memberikan kebahagiaan. Saya berpikir mereka adalah bocah-bocah yang mengedepankan ego yang besar sebagaimana dunia anak-anak atau setidaknya itulah yang saya tahu dari ilmu psikologi pendidikan yang pernah saya terima. Saya pikir tugas-tugas perkembangan bagi mereka tidak sejauh itu menjangkau dunia kasih sayang ....
Tentu bukan masalah seberapa nilai uang, tetapi ini lebih pada nilai tataran hati keihlasan seorang anak, bagaimana mereka bisa menahan tidak jajan demi untuk mempersembahkan kasih sayang pada seorang ibu. Ibu yang telah melahirkannya, mendidiknya dengan penuh kasih sayang. Dan, tentu semua itu mereka rasakan. Barangkali mereka ingin membalas budi, walau dengan mengumpulkan apa yang mereka mampu.
Uang itu lusuh sekali, saya menatanya satu persatu ...pas 44 ribu rupiah. Itu berarti mereka sudah menahan untuk mengurangi jajan mereka dari 2 ribu menjadi seribu selama 22 hari sekolah. Itu artinya mereka sudah memiliki rencana satu bulan yang lalu untuk mempersembahkan sesuatu yang barangkali biasa, tetapi bagi saya itu diluar yang saya pikirkan. Lidah ini terasa keluh, mata tak kuasa menahan lelehan air. Ya Allah kau kirimkan kepada kami anak-anak yang sholehah, terimakasih ya Rab. Berilah kekuatan kepada  kami mengemban amanahmu mendidik mereka untuk menjadi anak-anak sholehah sampai mereka bisa mandiri.
Kepada istriku barangkali ulang tahun adalah hal yang biasa, bahkan tidak pernah dirayakan atau kadang terlupakan. Tetapi untuk ulangtahun kali ini, anak-anak kita telah membawa nuansa lain. Dan, itu yang perlu kita rayakan, kita syukuri.
Dalam kado yang kubungkus dengan indah mereka titip tulisan “Ibu, Selamat Ulang Tahun, Semoga Panjang Umur ....Maafin Kakak dan Adik ya jika selama ini ada salah ....Kami semua sayang Ibu ....
Barangkali itulah hadiah terindah selama ini ......
Selamat Ulang Tahun istriku ....terima kasih telah menjadi ibu yang baik bagi anak-anak ....

Mojokerto, 10-10-2011

2 komentar:

  1. iiih...bagus banget.. jadi terharu... kayak di sinetron aja.. :two thumbs up:

    BalasHapus
  2. setiap membaca tulisan ini........serasa ada gemuruh di dada, lidah terasa kelu, air mata tak mampu dibendung

    Subahanallah, Alhamdulillah................matur nuwun Gusti atas semua Anugerah ini

    BalasHapus